STRATEGI PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL
SEBAGAI
SALAH SATU MODEL PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
A. Latar Belakang
Salah satu aspek penentu dalam
keberhasilan pembangunan suatu bangsa adalah dilihat dari tingkat keaksaraan
penduduknya, yaitu dimana kebutahurupan merupakan salah satu indikator untuk
menetapkan tingkat pembangunan sumber daya manusia/Indek Pembangunan Manusia
(IPM) atau Human Development Indeks (HDI). Berdasarkan hasil penilaian program
pembangunan PBB (UNDP) pada tahun 2002, bahwa Indonesia tingkat HDI/IPMnya
menduduki peringkat ke 110 di bawah Vietnam (109), Cina (96), Filipina (77),
Thailand (70), dan Malaysia (59). Ini artinya di kawasan Asia Tenggara saja
bangsa Indonesia menduduki peringkat terakhir dari negara-negara yang di survey
oleh badan dunia tersebut.
Hal tersebut sesuai berdasarkan hasil
survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2000 bahwa penduduk Indonesia yang
masih menyandang buta huruf ada sejumlah 18.682.765 orang, dimana sebanyak
5.956.462 orang berusia 10 – 44 tahun dan diantara angka tersebut 64,07 %
adalah perempuan. Sebetulnya jumlah orang yang buta huruf tersebut merupakan
modal potensial pembangunan bangsa, apabila dibina dan dididik atau
dibelajarkan melalui program Keaksaraan Fungsional. Hal ini bukan berarti
pemerintah dan masyarakat tidak memberikan pelayanan pendidikan pada mereka.
Banyal hal yang mempengaruhi mengapa timbulnya sebagian masyarakat yang buta
huruf, diantaranya :
a.
Tiap tahun masih banyak anak
yang putus sekolah dasar kelas I, II dan III sehingga menjadi buta huruf
kembali.
b.
Masih ada warga masyarakat yang
karena berbagai hal, tidak dapat mengikuti sekolah terutama dikarenakan faktor
ekonomi dan geografis.
c.
Adanya sebagian masyarakat yang
buta huruf kembali dikarenakan kurang intensif dalam pemeliharaan keaksaraannya.
d.
Akibat resesi ekonomi yang
melanda negara kita, mengakibatkan jumlah penduduk miskin bertambah jumlahnya,
kemiskinan akan menimbulkan kebodohan dan rendahnya kedewasaan dalam berfikir
dan bertindak, sehingga manfaat dan keyakinan akan pentingnya pendidikan
(khususnya dalam membaca, menulis dan
berhitung) terabaikan.
B. Dasar
1.
Undang Undang Nomor 20 tahun
2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2.
Undang Undang No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintag Daerah (Lembaga Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3839).
3.
Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999, tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah (Pusat) dan Daerah (Lembaran Nedara Nomor 206)
4. Peraturan
Pemerintah Nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah
4.
Keputusan Mendikbud Nomor
055/U/2001, tentang Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan
Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda.
5.
Peraturan Pemerintah Nomor 25
Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah
Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952)
C. Sasaran dan
Masalah di lapangan
Sebagaimana diketahui sasaran pokok
program keaksaraan fungsional adalah masyarakat yang buta huruf murni, drop out
SD kelas I, II dan III, Usia diprioritaskan antara 10 sampai 44 tahun,
terbelakang dan masyarakat miskin. Botkin (1984) seperti dikutif dari D.
Sudjana (2000) mengkatagorikan masyarakat buta huruf masuk ke dalam dunia
kelima setelah masyarakat miskin (dunia ke-4) dan masyarakat yang sedang
berkembang (dunia ke-3).
Permasalahan yang sering dihadapi
masyarakat tersebut diatas, adalah : (1) ketidakpahaman tentang pentingnya
pendidikan untuk kemajuan kehidupan (baik dibidang kesehatan, HAM,
demokratisasi, lingkungan hidup dan lain-lain) dan (2) penyelenggara program
kesulitan untuk menarik perhatian dan melibatkan mereka dalam pelaksanaan
program.
Bertolak
dari permasalahan diatas, penyelesaian buta huruf tersebut mutlak harus
dituntaskan dan diprioritaskan. Karena buta huruf erat kaitannya dengan masalah
kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan dan ketidakberdayaan. Agar pelaksanaan
pemberantasan buta akasara ini dapat memenuhi hasil yang diharapkan, maka perlu
dibentuk suatu program baru yang mampu menjembatani antara kebodohan (buta
huruf) dan kemiskinan menjadi mampu baca, tulis, hitung dan sekaligus mampu
berusaha mencari nafkah minimal untuk kehidupan dirinya dan keluarganya, yaitu “Program
Keaksaraan Fungsional”.
D. Pengertian Program Keaksaraan Fungsional
Keaksaraan Fungsional adalah
merupakan suatu pendekatan atau cara untuk mengembangkan kemampuan warga
belajar dalam menguasai dan menggunakan keterampilan menulis, membaca,
berhitung, berfikir, mengamati, mendengar, dan berbicara yang berorientasi pada
kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan potensi yang ada dilingkungan sekitar
warga belajar.
E. Tujuan
Melalui program keaksaraan fungsional ini, diharapkan
warga belajar dapat :
1.
Meningkatkan pengetahuan
membaca, menulis dan berhitung serta keterampilan fungsional untuk meningkatkan
tarap hidup warga belajar
2.
Menggali potensi dan
sumber-sumber kehidupan yang ada di lingkungan sekitar warga belajar, untuk
memecahkan masalah keaksaraannya.
Berdasarkan
keterangan diatas, maka disini akan
dibahas beberapa perbedaan penyelenggraan antara program paket A PBH dengan
program Keaksaraan Fungsional. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
PERBANDINGAN PENDEKATAN PROGRAM
PAKET A PBH
DENGAN
KEAKSARAAN FUNGSIONAL
NO
|
ASPEK
|
PAKET A PBH
|
KEAKSARAAN FUNGSIONAL
|
1
|
Asumsi tentang WB
|
? Dianggap BH
? WB Pasif
|
?Memiliki pengetahuan,pengalaman, ide dan
informasi
? WB lebih aktif
|
2
|
Orientasi pelaksanaan
|
? Berpusat pada buku & tutor
?WB hanya menerima informasi
?Tidak berorientasi pada pemecahan masalah
WB
? Ide dan minat WB tidak tersalurkan
? Menyalin informasi dari buku Paket A
|
? Pemenuhan minat dan kebutuhan belajar WB
? Program dilaksanakan berdasarkan ide, pengalaman,pengetahuan,
cita-cita, minat, kebutuhan dan belajar mencari sumber-sumber pemechan
sendiri
? WB menulis informasi dari pengalaman
sendiri
|
3
|
Bahan belajar
|
? Modul Paket A 1 s.d A 100
|
?
Dari kehidupan sehari-hari
? Dari TBM/perpustakaan dan dari dinas instansi
?Daripengalaman/permasalahan/ucapan/
tulisan WB sendiri
|
4
|
Kurikulum
|
? Tersedia pada program (buku pelajaran)
|
?Berdasarkan minat dan kebutuhan WB
?Dibuat bersama antara WB dan tutor
|
5
|
Kegiatan menulis
|
? Menyalin tulisan tutor / dari buku modul
|
? Menulis dari pikiran sendiri
?Menulis sesuai dengan kegiatan
sehari-hari
|
6
|
Kegiatan membaca
|
? Dimulai dari abjad-suku
kata-kata-kalimat
|
?
Dimulai dari informasi yang berasal dari WB, kemudian membelajarkan
membaca kalimat-letak kata-suku kata-huruf
|
7
|
Kegiatan berhitung
|
? Sesuai yang ada di buku modul
|
? Disesuaikan dengan kegiatan sehari-hari ( dipasar, disawah, dikebun,
di pudkesmas dll)
|
8
|
Kegiatan keterampilan
|
?Terpisah dengan kegiatan calistung
|
? Keterampilan integral dengan
calistung
|
9
|
Jumlah WB/kelompok
|
? 30-40 orang
|
?Maksimal 10 orang/kelompok
|
10
|
Sistem pelaksanaan
|
? Top Down
|
? Bottom-Up
|
11
|
Tutor
|
? Dilatih selama 3 hari
? Tugas tutor mengajar
|
? Dilatih selama 5 hari
? Tugas tutor menjadi fasilitator
|
12
|
Evaluasi
|
? Keterampilan calistung (berdasarkan pada
buku paket )
|
? Keterampilan calistung
? Kemampuan fungsional
?Evauasi dilaksanakan sebelum, selama dan
setelah proses
|
Dari uraian perbedaan tersebut diatas, dapat dilihat keunggulan dari
program keaksaraan fungsional, sehingga diharapkan dapat mempercepat penuntasan
buta huruf dan tidak akan terjadi
masyarakat yang kembali buta huruf karena tidak memfungsikan
keaksaraannya pada kehidupan sehari-hari.
F. Tingkat Keaksaraan Fungsional
Ada tiga tingkatan dalam Keaksaraan Fungsional, yaitu :
1.
Tingkat Keaksaraan Dasar
/ Tingkat Pemberantasan
Cirinya adalah bahwa WB belum mengenal semua huruf, belum bisa
merangkai kata dengan lancar dan belum mengerti arti sebuah kalimat (buta hurup
murni). Tapi sudah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam kegiatan
pembelajaran.
2.
Tingkat Keaksaraan
Lanjutan / Tingkat Pembinaan
WB sudah bisa menulis dan membaca secara sederhana tetapi belum
lancar dikarenkan jarang digunakan pada kehidupan sehari-harinya.
3.
Tingkat Keaksaraan
Mandiri / Tngkat Peletarian
WB sudah mempunyai sikap untuk terus belajar secara mandiri.Dapat
memecahkan masalah keaksaraannya yang dihadapi dan dapat mencari informasi
serta nara sumber sendiri untuk mengembangkan kemampuannya.
G. Prinsip Keaksaraan Fungsional
Ada 4 prinsip utama dalam pendekatan pembelajaran
melalui keaksaraan fungsional yaitu :
1.
Kontek lokal : artinya kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan, berdasarkan
pada minat dan kebutuhan warga belajar berkaitan dengan potensi yang ada di
sekitarnya. Untuk mengetahui konteks lokal tersebut di atas, perlu dilakukan
observasi lingkungan keaksaraan. Tutor dan warga belajar perlu mengobservasi
lingkungan sekitarnya, guna mencari dan mengumpulkan informasi untuk kegiatan
belajarnya.
Observasi lingkungan keaksaraan bertujuan untuk mencari
potensi, masalah-masalah, dan sumber-sumber pemecahannya yang berkaitan dengan
situasi, kondisi, warga belajar. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentuk; 1)
tutor dan warga belajar mengunjungi masyarakat sekitar, 2) mengujungi,
memanfaatkan Taman Bacaan Masyarakat sekitar, 3) mengunjungi instansi,
organisasi atau kantor-kantor terkait, 4) mengunjungi dan memanfaatkan
perpustakaan keliling, 5) mengunjungi Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan 6)
memanfaatkan bahan bacaan yang ada di rumahnya sendiri (Depdikbud, 1998:13).
2.
Desain lokal : penetapan kurikulum sendiri, tutor dalam merancang proses
pembelajaran berdasarkan desain lokal yang bersumber dari minat, kebutuhan, masalah kenyataan yang ada pada
warga belajar, tutor bersama warga belajar membuat kurikulum sendiri yang mudah
dan fleksibel berdasarkan kesepakatan bersama. Kurikulum dalam program keaksaraan
fungsional adalah semacam rencana belajar, yang intinya adalah bagaimana
membantu warga belajar dan tutor mencari dan menulis informasi untuk menyusun,
menetapkan dan melaksanakan kegiatan belajar berdasarkan kebutuhan lokal.
Proses kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi antara warga belajar dan tutor untuk menetapkan :1) pokok bahasan yang ingin dipelajari, prioritas pokok bahasan yang diinginkan, 2) cara atau strategi pembelajaran yang akan digunakan, 3) langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan, 4) jadwal kegiatan pembelajaran, dan 5) kesepakatan belajar mengajar antara tutor dan warga belajar (Depdikbud, 1998:14).
Proses kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan diskusi antara warga belajar dan tutor untuk menetapkan :1) pokok bahasan yang ingin dipelajari, prioritas pokok bahasan yang diinginkan, 2) cara atau strategi pembelajaran yang akan digunakan, 3) langkah-langkah kegiatan yang perlu dilakukan, 4) jadwal kegiatan pembelajaran, dan 5) kesepakatan belajar mengajar antara tutor dan warga belajar (Depdikbud, 1998:14).
3.
Proses partisipatif : dalam proses pembelajaran harus melibatkan warga belajar untuk
berpartisipasi secara aktif. maksudnya adalah bagaimana cara melibatkan warga
belajar berpartisipasi secara aktif dalam mengumpulkan, menganalisis,
menyimpulkan, dan memformulasikan ide atau informasi yang telah dimiliki warga
belajar. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh tutor dengan merangsang warga
belajar untuk diskusi dengan cara: 1) membuat pertanyaan, 2) melakukan tanya
jawab tentang pengalaman warga belajar, 3) menulis cerita atau pengetahuan
lokal, 4) membuat peta masalah lingkungan 5) membuat tabel tentang
kegiatan-kegiatan warga belajar dan sebagainya.
Kesimpulan yang dibuat warga belajar merupakan gambaran dari kebutuhan, keinginan dan minat warga belajar itu sendiri.
Oleh karena itu hasil
kegiatan diskusi
ini harus dijadikan dasar dalam
menyusun rencana belajar. Dalam hal ini, tutor perlu membantu
dan membimbing warga belajar dalam berdiskusi
4.
Penerapan hasil belajar : kriteria utama dalam
menentukan keberhasilan pendekatan membelajaran keaksaraan fungsional dengan cara meningkatkan
kemampuan dan keterampilan setiap warga belajar dalam memanfaatkan
dan memfungsikan keaksaraan atau hasil belajarnya
dalam kegaitan sehari-hari. Dari hasil belajar,
mereka diharapkan dapat menganalisis dan memecahkan
masalah untuk meningkatkan taraf hidupnya.
H. Strategi Keaksaraan fungsional
Dalam keaksaraan fungsional dikenal lima strategi
pembelajaran yaitu :
1.
Diskusi BDPS (Belajar dari Pengalaman Sendiri) : Tutor dan
warga belajar berdiskusi dengan menggunakan beberapa teknik seperti melalui
pembuatan tabel, peta, garis waktu dan Kalender kegiatan dengan
tujuan untuk merangsang ide, pengetahuan, pengalaman yang sudah dimiliki warga
belajar dan permasalahan yang ada di warga belajar, sehingga dapat diungkapkan
dengan baik.
2.
Membaca : Tutor membantu warga belajar meningkatkan keterampilan membaca
yang bertepatan, kelancaran dan pemahaman. Warga belajar yang buta huruf murni,
belajar melalui teknik pendekatan pengalaman berbahasa untuk membuat bahan
bacaan berdasarkan ucapan warga belajar sendiri.
3. Menulis : Tutor membantu warga belajar menulis berdasarkan pikiran / ide sendiri
4. Berhitung : Tutor membantu warga belajar
meningkatkan keterampilan
berhitung disesuaikan dengan
kebiasaan di daerahnya dalam cara menghitung/usaha/jual beli yang disesuaikan dengan
perhitungan modern (perkembangan jaman sekarang) dan membuat pembukuan
sederhana.
5.
Penerapan dalam kegiatan
(Aksi) : Tutor membantu warga belajar
meningkatkan keterampilan, seperti memasak, menjahit, menanam, usaha dan
lain-lain yang diminati warga belajar juga menerapkan pengetahuan dan informasi
baru dalam memperbaiki situasi di rumah dan lingkungan.
I. Kesimpulan
Upaya
pemberdayaan potensi masyarakat melalui program keaksaraan fungsional,
khususnya di Kabupaten Majalengka kiranya terdapat hubungan yang signifikan
dengan berbagai kekhawatiran masa depan yang mengancam kehidupan sosial ekonomi
masyarakat. Langsung atau tidak langsung upaya tersebut mengandung kaitan
dengan fenomena yang terjadi selama ini, maka hal ini merupakan upaya
antisipasi sekaligus menggali investasi dengan mencerdaskan masyarakat yang
tertinggal baik di bidang pendidikan maupun di bidang usaha.
Program
keaksaraan fungsional berfokus pada bagaimana cara masyarakat untuk menggunakan
keaksaraan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat tidak hanya membaca
informasi yang bersifat fungsional, tetapi mereka juga perlu meningkatkan
kemampuan untuk mendapatkan informasi
dari bahan cetakan, menganalisa dan menulis pengalaman mereka sendiri serta
menulis rencana cara pembuatan proposal untuk mengajukan dana bantuan sebagai
tambahan di bidang usahanya.
Dengan
program keaksaraan fungsional merupakan
perwujudan dari pemberdayaan masyarakat dalam mengoptimalkan berbagai sumber
yang kita miliki, pada saatnya dapat menjadi paradigama baru dalam mengantisipasi
pemberdayaan perekonomian nasional dan meningkatkan derajat bangsa dengan
terkikisnya masyarakat yang buta huruf. Suatu paradigma yang menawarkan
alternatif investasi pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran
masyarakat dengan cara sistematis dan berkesinambungan. Dengan cara demikian
diharapkan dapat mengeliminasi angka dan jumlah masyarakat yang buta huruf baik dikota maupun di
pedesaan. Hingga pada saatnya dapat meningkatkan potensi masyarakat bangsa
dalam menghadapi perjuangan kehidupan masa depan yang diprediksi akan semakin
berat dan penuh tantangan. Semoga.
Akhirnya
syarat utama dan paling mendasar dari program keaksaraan fungsional ini, adalah
antara lain harus adanya dukungan, partisipasi, kesadaran dari berbagai pihak khususnya
masyarakat sekitar dimana kelompok belajar keaksaraan fungsional dibentuk,
serta kebijakan pemerintah untuk terselenggaranya program keaksaraan fungsional
di berbagai tempat (yang dianggap rawan / kantong buta huruf) sekaligus
mengakomodasi “out come” hasil pendidikan tersebut sebagai manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman
Pelatihan Tutor Keaksaraan Fungsional (1998). Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktur Jendral Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga.
Direktorat Pendidikan Masyarakat.
Wasliman Iim
(2003}. Pelaksanaan Pemberantasan Buta Aksara melalui Program Kegiatan Kejar
Paket A Keaksaraan Fungsional pada Lokasi Raksa Desa. Pemerintah Propinsi
Jawa Barat Dinas Pendidikan Subdinas Pendidikan Luar Sekolah.
Sudjana, H.
Djudju; SP., M.Pd., Ph.D. (1992). Pengantar Manajemen Pendidikan Luar
Sekolah. Bandung. Nusantara Press.
Sihombing,
Umberto, DR. (1999). Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan.
PD Mahkota.
Sudjana, H.
Djudju S. S.Pd. M.Ed. Ph.D (2004). Pendidikan Nonformal. Bandung. Falah
Production.
Fattah,Nanang,
DR (2002). Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung. PT Remaja
Rosdakarya
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Illahi
Robbi yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga dapat
menyelesaikan artikel yang berkaitan dengan Kebijakan dan Perencanaan Sisitem
Pendidikan baik di bidang Makro, Meso maupun Mikro yang berjudul “ Strategi
Program Keaksaraan Fungsional Sebagai Salah Satu Model Pemberantasan Buta Huruf”.
Ada dua alasan mengapa tulisan ini penyusun angkat
kepermukaan, Kesatu tulisan ini dikatakan sebagai salah satu model ,
karena sudah banyak program tentang cara pemberantasan buta huruf yang sudah
dilaksanakan baik pada program Paket A PBH (Pemberantasan Buta Huruf) ataupun
program Paket A OBAMA (Operasi Bakti Manunggal ABRI ). Namun program yang ini
lain dari dua program diatas baik dilihat dari cara pembelajarannya maupun
metode / strateginya. Kedua, sesuai dengan basic dan latar belakang
penyusun yang bergelut di dunia pendidikan non formal, dimana salah satu
programnya adalah melaksanakan program keaksaraan fungsional.
Mudah-mudahan tulisan ini ada guna dan manfaat khususnya
bagi penyusun umumnya bagi khalayak pembaca yang peduli terhadap pendidikan.
Penyusun menyadari, dalam tulisan ini masih banyak
kekurangannya. Untuk itu saran dan pendapat sangat diharapkan guna perbaikan
tulisan ini.
Majalengka, Agustus 2004
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………… i
DAFTAR ISI ……………………………………………………… ii
A. Latar Belakang ……………………………………………………… 1
B. Dasar ……………………………………………………………… 1
D. Pengertian ……………………………………………………… 2
E. Tujuan ……………………………………………………………… 3
F. Tingkat Keaksaraan Fungsional ……………………………………… 3
G. Prinsip Keaksaraan Fungsional ……………………………………… 4
H. Strategi Keaksaraan Fungsional ……………………………………… 4
I. Kesimpulan ……………………………………………………… 5
ii
Contoh Panjar Aksi Lampiran 1
KETERAMPILAN KERIPIK SINGKONG
(topik)
Sub Topik :
“ Jenis Singkong dan Macam-macam Olahan Dari Bahan Singkong “
TUJUAN
PEMBELAJARAN
Setelah
materi ini disajikan diharapkan warga belajar dapat :
1.
Mengungkapkan jenis-jenis
singkong yang tersedia di sekitar
lingkungan warga belajar.
2.
Mengungkapkan macam olahan
makanan terbuat dari bahan singkong
3.
Menghitung jumlah jenis
singkong dan macam makanan terbuat dari singkong
4.
Menulis dan membaca jenis
singkong dan macam olahan makanan terbuat dari bahan singkong
5.
Menunjukkan contoh jenis
singkong dan macam-macam olahan makanan terbuat dari singkong
WAKTU : 1 kali pertemuan 2 jam @ 60 menit (120 menit)
LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
- Diskusi
- Warga belajar mendiskusikan jenis-jenis singkong yang tersedia di lingkungan warga belajar
Ajukan pertanyaan
kunci :
Jenis singkong apa saja yang ada disekitar kita ?
- Ajak warga belajar untuk mempetakan, mengungkapkan letak pohon singkong dan pemiliknya dengan menggunakan BDPS melalui teknik peta
Ajukan pertanyaan kunci :
Dimana saja pohon singkong yang ada ? milik siapa ?
- Berhitung
- Warga belajar diminta untuk mengisi nama warga belajar dan jenis singkong serta jumlahnya pada tabel tentang jenis singkong yang dimilikinya.
Contoh :
JUMLAH JENIS SINGKONG YANG DIMILIKI WARGA BELAJAR
NO
|
NAMA WARGA BELAJAR
|
JENIS SINGKONG
|
JUMLAH
|
1
|
Bu Tuti
|
Manihot
|
|
2
|
Bi Tisna
|
|
|
3
|
Bu Jurminah
|
|
|
|
Jumlah
|
|
|
- Warga belajar diminta untuk menyebutkan jenis olahan makanan terbuat dari singkong dan menghitung jumlahnya.
- Menulis
Tugaskan warga belajar untuk menuliskan jenis singkong
dan jenis makanan olahan yang terbuat dari singkong (catatan : bila ada warga belajar yang
sama sekali belum mampu menulis , tugaskan warga belajar lain untuk
membimbingnya)
4. Membaca
Tugaskan kepada setiap warga belajar untuk membacanya
secara bergantian dengan suara yang nyaring .
5. Aksi / Penerapan
Tugaskan warga belajar untuk membaca contoh-contoh
jenis-jenis singkong dan contoh-contoh olahan makanan yang terbuat dari
singkong
Pada peretemuan berikutnya praktek membuat kripik yang
terbuat dari singkong.
Rajagaluh,
………….. 200
Mengetahui,
Tutor,
Penyelenggara, --------------------------
Lampiran 2
o PENILAIAN KEMAMPUAN AWAL WB
TUJUAN : Tutor memahami
tentang konsep penilaian kemampuan WB. Sebelum KBM dan memiliki kemampuan untuk
menilai keterampilan dasar dan kemampuan
fungsional.
KONSEP POKOK : Kemampuan WB. Pada awal masuk kejar tidak sama.
Untuk itu tutor perlu menilai kemampuan awal setiap
WB. Dalam satu kejar
DUA ASPEK YANG DINILAI :
- Keterampilan Dasar
-
Kemampuan Calistung WB.
- Kemampuan Fungsional
-
WB dapat menggunakan
keterampilan calistung dalam kehidupan sehari-hari
Contoh : Menulis/mengisi
kwitansi, mengisi formulir, membaca petunjuk, menulis surat dll.
TINGKAT KEMAMPUAN WB.
- Tingkat Pemberantasan
-
WB masih buta huruf
-
Keterampilana dasar belum ada
- Tingkat Pembinaan
-
WB sudah bisa baca tulis hitung
(calistung) secara sederhana
-
Perlu peningkatan
- Tingkat Pelestarian
-
Mampu calistung tanpa bantuan
dari orang lain
-
Diterapkan pada kehidupan
sehari-hari
-
Dapat melatih WB lain.
Lampiran 3
PENILAIAN AWAL KEAKSARAAN FUNGSIONAL
1.
Nama Warga Belajar : ………………………………….
2. Usia :
…………………………………….
3. Jenis Kelamin : …………………………………….
4. Agama : …………………………………….
5. Jumlah Anak : …………………………………….
6. Pekerjaan : …………………………………….
7. Alamat : …………………………………….
8. Keterampilan yang Dimiliki :
…………………………..
……………………………………..
9. Keterampilan yang Diminati :
………………………….
…………………………………….
10.Harapan
atau cita-cita setelah masuk kelompok belajar Keaksaraan Fungsional : …………………………………
…………………………………………………………….
Rajagaluh, Juli 2006
Warga Belajar,
Lampiran 4
URUTAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KF
Lampiran
5
PANDUAN
BELAJAR AKSI/TEMATIK
“Merupakan
suatu acuan dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran melalui pendekatan KF
atau dalam pend. Formal disebut Satuan Acara Pembelajaran (SAP)” atau Rencana
Program Pembelajaran (RPP).
TUJUAN :
-
Mengurutkan
materi yang akan dibelajarkan dengan 5 strategi
-
Supaya
tidak menyimpang dari tujuan
-
Memudahkan
tutor dalam mengorganisir materi, bahan pembelajaran, alat peraga dan target
waktu.
-
Sebagai
acuan tutor dalam menyusun langkah-langkah pembelajaran
FUNGSI :
-
Sebagai
arah / pedoman / petunjuk dalam melaksanakan pembelajaran
-
Sebagai
alat ukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
-
Sebagai
alat kontrol dan pengendalian proses dan hasil pembelajaran
Prinsip :
-
WB
aktif (partisipatif)
-
Awal
kegiatan menggunakan satu strategi dengan mempertimbangkan tingkat keaksaraan
WB
-
Isi
pembelajaran bersumber dari potensi setempat
-
Proses
pembelajaran memanfaatkan potensi WB
-
Pokok
bahasan menggambarkan 5 strategi
Lampiran 6
LANGKAH – LANGKAH PEMBUATAN
PANJAR AKSI :
1. Pelajari dan telaah kembali :
a. Rencana KBM
b. Kesepakatan Belajar
c. Karakteristik WB
2. Tetapkan materi yang
paling banyak diminati WB
3. Rumuskan Sub materi dari
keterampilan yang telah dipilih
4. Rumuskan tujuan
pembelajaran setiap sub materi dengan menerapkan 5 (lima) strategi pembelajaran
5. Pilih dan tentukan
strategi pembelajaran pada awal pembelajaran
6. Buat panjar aksi setelah
langkah 1 sampai 4 dilakukan
7.
Siapkan bahan belajar sesuai topik pembelajaran
Lampiran 6
BAHAN AJAR TEMATIK
Nama Kejar : ……………………………..
Alamat/Desa : ..……………………………
Kec./Kabupaten : ……………………………..
I. Topik/Thema : …………………………………………….
II. Tujuan Pembelajaran :
Setelah
materi ini disajikan warga belajar diharapkan dapat :
1. ……………………………………………………………………………….
2. ……………………………………………………………………………….
3. ……………………………………………………………………………….
4. ……………………………………………………………………………….
5. ……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
III. Sasaran dan Waktu Pembelajaran
1. Warga
Belajar : ……….. orang ( L = , P = )
2. Hari / Tanggal : …………………………………….
3. Jam : …………………………………….
IV. Langkah-langkah Pembelajaran :
No
|
K e g i a t a n
|
Waktu
|
Alat & Media
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Diskusi :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Menulis :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
membaca :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Berhitung :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
Aksi /
Penerapan :
……………………………………………………………
……………………………………………………………
……………………………………………………………
|
Menit
Menit
Menit
Menit
Menit
|
|
|
Jumlah
|
Menit
|
|
…………,
……… 20
Mengetahui, Tutor
KF
Penilik/Penyelenggara